Upaya Pendampingan Pasca Survei Evaluasi Pre-Tas dalam Program Pengendalian Infeksi Filariasis di Wilayah Desa Sentinel Koya Tengah Kota Jayapura
Keywords:
filariasis, kader, pendampinganAbstract
Data Hasil Survei pasca POPM pada Bulan November tahun 2021 oleh Program Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Dinas Kesehatan Provinsi Papua untuk wilayah desa sentinel yaitu Koya Tengah melalui evaluasi Pre-TAS Kota Jayapura mengalami kegagalan dalam program POPM filarisiasis, salah satu penyebab kegagalan tersebut diantaranya kurangnya jumlah kader filarisiasis yang terlibat dalam pemberian obat filariasis dan pendampingan minum obat yang diberikan kepada penduduk sasaran yang ada di Kampung Koya Tengah sehingga tidak maksimal. Persiapan masyarakat dilaksanakan dengan mengunjungi warga dari rumah ke rumah di wilayah binaan kader filariasis satu kader filariasis membina 20-30 keluarga sesuai dengan kondisi daerah. Permasalahan berikutnya adalah kurangnya dukungan serta pengetahuan, sikap masyarakat sehingga masih kurangnya informasi yang jelas tentang kegiatan POPM filariasis sehingga rendahnya minat penduduk untuk minum obat. Tujuan pengabdian masyarakat yaitu melakukan perekrutan dan penambahan jumlah kader filariasis serta peningkatan pengetahuan kader dalam memberikan informasi tentang infeksi filariasis kepada masyarakat. Kegiatan pelaksanaan pengabdian pada masyarakat dilakukan selama 7 bulan (Mei-Oktober 2023) di wilayah desa sentinel yaitu Koya Tengah. Kegiatan yang ditawarkan dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah melakukan perekrutan penambahan jumlah kader filariasis puskesmas serta melatih kader melalui peningkatan pengetahuan kader agar lebih berpartisipasi sehingga dapat meningkatkan perilaku kerja kader untuk menjadi lebih baik hal ini dapat menjadi salah satu daya ungkit pencapaian target cakupan POPM Filariasis. Target capaian pengabdian ini yaitu bertambahnya jumlah kader filariasis dari 2 orang menjadi 14 orang, peningkatan pengetahuan masyarakat dari kurang menjadi baik, peningkatan pengetahuan dan sikap kader dari kurang menjadi baik dan terjadi peningkatan pengetahuan dengan skor selisih rata-rata 2,45 dari sebelumnya.
References
Ahzan, N. A., & Sunardi, S. (2022). Survei Evaluasi Filariasis Pasca POPM Filariasis (Transmission Assesment Survey/Tas-3) di Kabupaten Mappi Propinsi Papua. Jurnal Promotif Preventif, 5(1), 130-136.
Burgert-Brucker, C. R., Zoerhoff, K. L., Headland, M., Shoemaker, E. A., Stelmach, R., Karim, M. J., Batcho, W., Bougouma, C., Bougma, R., & Benjamin Didier, B. (2020). Risk factors associated with failing pre-transmission assessment surveys (pre-TAS) in lymphatic filariasis elimination programs: Results of a multi-country analysis. PLoS neglected tropical diseases, 14(6), e0008301.
Elytha, F. (2014). Transmission assessment survey sebagai salah satu langkah penentuan eliminasi filariasis. Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas, 8(2), 85-92.
Kemenkes. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 94 Tahun 2014 Tentang Penanggulangan Filariasis. Penanggulangan Filariasis, 1–118.
Kemenkes. (2017). Studi Evaluasi Eliminasi filariasis di Indonesia Tahun 2017 (Studi Multisenter Filariasis, kabupaten Bangka Barat Provinsi Kepulauan Bangka Belitung). 2017(0651).
Kemenkes. (2019). Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. Situasi Filariasis di Indonesia Tahun 2018. In Infodatin Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI (pp. 1&4). https://pusdatin.kemkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin/InfoDatin-Filariasis-2019.pdf.
Kemenkes. (2021). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2020. Jakarta (ID): Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kermelita, D., Hadi, U. K., Soviana, S., & Tiuria, R. (2023). Karakteristik Kejadian dan Capaian Program Eliminasi Filariasis di Provinsi Bengkulu. Acta VETERINARIA Indonesiana, 11(3), 175-181.
Pezzoli, L., Kim, S. H., Mathelin, J. P., Hennessey, K., Aratchige, P. E., & Valiakolleri, J. (2019). An expanded transmission assessment survey to confirm the interruption of lymphatic filariasis transmission in Wallis and Futuna. The American Journal of Tropical Medicine and Hygiene, 101(6), 1325.
Ramadhan, N., Yulidar, Y., Nur, A., Hadifah, Z., & Yasir, Y. (2019). Gambaran status endemisitas filariasis dan faktor yang terkait dengan transmisi sesaat pasca survei Transmission Assessment Survey (TAS-) 1 di Kabupaten Pidie, Aceh. Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 29(4).
Santoso, S., & Cahyaningrum, S. (2017). Re-transmission assessment survey filariasis pasca pengobatan massal di Kabupaten Agam, Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016. BALABA: Jurnal Litbang Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Banjarnegara, 143-152.
Widawati, M., Ipa, M., Astuti, E. P., Wahono, T., & Yuliasih, Y. (2022). The Activities on Prevention of Malaria and Filariasis Vector Bites among Indonesian Society: A Nationwide Disease Prevention Survey. Indonesian Journal of Tropical and Infectious Disease, 10(2), 104-112.
Wilairatana, P., Kotepui, K. U., Mala, W., Wangdi, K., & Kotepui, M. (2022). Prevalence, probability, and characteristics of malaria and filariasis co-infections: A systematic review and meta-analysis. PLoS neglected tropical diseases, 16(10), e0010857.
